Lan Serasan Sekentenan

Beberapa bulan ini saya ga sempat buka-buka blog, paling cuma e-mail yang dibaca sedikit-sedikit. Sibuk ?? gak juga, cuma rada puyeng aja dengan urusan kerjaan. Tiga bulan terakhir setelah dibuat mabok sama Fedora dan dosemu ( bukan dosaku loh ! ) , saya coba terusin coding lagi, lama ga coding rada susah mulainya untungnya tuan google yang baik hati setia membantu. Ada beberapa project yang belum sempat diselesaikan udah nunggu, gaya sok sibuk ya... he.. he .. he, padahal cuma ngerjain punya orang.. ya udah nasib jadi employee.

by the way.. saya tidak begitu tertarik membahas masalah program ataupun coding (saat ini),
but remember !!.... it's realy not a bad idea if you want to be a programmer. . . swear !.

"Bumi Lan Serasan Sekentenan" Ini dikenal sebagai jargon kabupaten Musi Rawas terdapat makna yang mendalam pada kata tersebut. Bumi yang damai, saling bekerja sama, toleransi dan bahu membahu tentunya untuk kemakmuran masyarakat Musi Rawas. Sungguh indah jika mampu kita wujudkan. Amin...

Berbicara masalah jargon, negeri ini penuh sesak dengan jargon-jargon yang menjadi tren di masyarakat walau terkadang tanpa diketahui arti yang sebenarnya. Pemimpin-pemimpin negeri ini sangat menyukai jargon sebagai gaya dalam kemimpinannya, begitupun dengan masyarakat kita seringkali menggunakan kata-kata unik untuk membuatnya jadi dikenal di masyarakat.

" Bersama Kita Bisa ", Siapa yang tidak kenal jargon ini di Indonesia? inilah jargon yang mengantarkan SBY menjadi presiden, walaupun saya masih menyimpan tanda tanya besar "Bersama siapa dan Bisa Apa ??" terdapat makna yang rancuh dan memancing peluasan dan penyempitan makna. Mungkin anda boleh mempraktekkannya.. he he...

Kita tidak bisa pungkiri bahwa kebiasaan masyarakat kita akan tren jargon ini menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam menyampaikan suatu pesan baik itu bersifat ekonomis ataupun politis. Makanya tidak heran kalo iklan-iklan di TV kita selalu menggunakan jargo-jargon aneh untuk menarik perhatian konsumen.

Jauh sebelum masa reformasi penguasa di tanah air kitapun selalu memakai jargon-jargon unik seperti "Stabilitas dan Keamanan Nasional ". Terkadang bisa ampuh juga loh buat senjata ! Contoh : " Unjuk rasa menuntut keadilan dianggap mengganggu keamanan dan stabilitas nasional ". Digaruk deh ama aparat. Adalagi yang lebih sering didengungkan pada masa pemerintahan orde baru. " Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi ", kalo ngak salah sudah banyak tanah warga yang digusur dengan dalih ini, walaupun jelas-jelas konglomerat yang akhirnya membangun Mall, Apertemen dll yang tentunya untuk kepentingan pribadinya.

Palembang Kota BARI (Bersih Aman Rapih dan Indah). Coba lihat :
Sudah Bersihkah ?
Amankah ?
Rapihkah ?
Atau Sudah Indahkah ?

Bagaimana dengan Musi Rawas dengan Bumi Lan Serasan Sekentenan ?


By.Dillah

Thursday, May 24, 2007 | posted in | 0 comments [ More ]

Kiriman Dari Samudra Hindia

“Tengok Ataaat….!!!!”
Oleh : Sugianto Thoha

Menatap matahari mengingatkan aku akan dua orang yang aku kenal.

Pertama om Ponijo, seorang sarjana muda UGM yang menjadi tenaga kerja sukarela (TKS Butsi) di dusun Binjai di akhir tahun tujuh puluhan.

Yang kedua kapten Harry Ho nakhoda kapal warga negara Singapura yang berlidah cadel dan suka berteriak.

Om Ponijo mempunyai pengalaman yang sangat unik dan menarik. Pada waktu itu, karena sering kekosongan guru om Ponijo sering membantu menjadi guru sementara di SD di dusun kami.

Orang Binjai, sebagaimana pula orang-orang pinggiran sungai lainnya, menentukan arah merujuk kepada aliran sungai. Yaitu dulu, dilo, lembak dan darat. Dulu berarti arah di hulu sungai, dilo berarti arah di hilir sungai, lembak berarti daerah dipinggiran sungai sedangkan darat berarti daerah yang arahnya menjauh dari pinggiran sungai. Kami tidak menggunakan (tidak mengenal) mata angin timur, barat, selatan dan utara seperti yang di ajarkan di sekolah-sekolah.

Suatu hari, ketika sedang memberikan pelajaran mata-angin kepada murid kelas lima tiba-tiba seorang lelaki tua masuk kedalam kelas, ia serta merta menyalahkan om Ponijo yang sedang mengajarkan pelajaran penentuan arah yang berpatokan kepada matahari tersebut. Menurut lelaki tua itu, timur, barat, selatan dan utara itu tidak benar, alias salah besar. Yang benar menurut dia hanya dulu, dilo, lembak dan darat saja. Om Ponijo mencoba menerangkan kepada lelaki tua itu, tetapi dia tetap tidak mau menerima. “Selagi air sungai hanyut ke hilir dulu, dilo, lembak dan darat sajalah yang benar” cetus lelaki buta huruf itu ketus.

Kapten Harry Ho sedikit pemalas dan tidak mau repot-repot. Ketika juru mudi menanyakan berapa derajat seharusnya haluan kapal diarahkan, dengan santai dia bilang arahkan saja kearah matahari terbit. ABK lama semua sudah paham sifat beliau yang temperamental, tidak ada yang berani bertanya. Sebab kalau ditanya dia akan berteriak keras-keras. Suatu ketika ia minta tolong kepada ku menggantikan tugas jaganya untuk sementara. “Saya mau tengok atat”. Ia berpesan. Sebagai crew baru aku tidak mengerti apa yang ia maksud, lantas aku bertanya, apa itu tengok atat. Tiba-tiba saja matanya mendelik, telunjuknya mengacung-acung keatas. “Tengook ataaat…tau!!!!”, dia meninggalkan ku yang bertambah bingung.

Kapten Harry Ho seorang penganut Budha yang ta’at, ‘tengok atat’ berarti menengok Yang Diatas alias berdo’a (meditasi) menurut agama Budha. Setiap hari ia selalu meditasi. Memang lucu kedengarannya kalau Cina totok berbahasa Melayu. Waktu itu kapal kami tengah berada di samudera Hindia, dari Eropa menuju Singapura, jadi haluan kami ke timur, kearah matahari terbit.

Menatap matahari, kadang-kadang perasaan ingin tahu muncul. Bagaimana ia diciptakan?. Kata para ahli, penciptaan matahari tidak terlepas dari penciptaan jagat raya secara keseluruhan. Menurut teori Big Bang (Ledakan Dahsyat) jagat raya tercipta 13.7 milyar tahun yang lalu. Yang pada mulanya merupakan kumpulan-kumpulan materi dan energi yang sangat padat dan panas yang bertumpu pada satu titik. Tumpuan yang padat dan panas tersebut mengembang dan akhirnya meledak seperti balon yang ditiup terus menerus. Ledakan yang maha dahsyat itu menyemburkan benda-benda langit ke seantero jagat raya yang pada waktu itu masih kosong melompong. Sebagian semburannya menjadi benda-benda langit dan gugusan bintang-bintang atau galaksi-galaksi yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 100 milyar galaksi.

Menurut seorang uztad yang aku ingat, selaras dengan ilmu pengetahuan modern tersebut diatas, 14 abad yang lalu Allah telah memberitahu umat manusia melalui nabi Muhammad SAW tentang asal muasal jagat raya yang pada mulanya memang merupakan kumpulan benda-benda langit dan bumi yang bersatu padu yang kemudian Ia pisahkan. (QS:Al-Anbiyaa30).

Setelah pemisahan yang dilakukanNya, Allah menyengaja turun ke awang-awang yang masih diselubungi gugusan asap yang tebal Kemudian Ia memerintahkan langit dan bumi untuk datang kepadaNya dengan patuh maupun terpaksa. Bumi dan langit datang dengan patuh. Seterusnya Allah menjadikan tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit yang bertingkat-tingkat. Yang mana pada lapisan langit yang paling bawah Ia hiasi dengan bintang-bintang (QS: Fushshilat ayat 11-12).

Matahari adalah bintang besar yang berada dalam galaksi Bima Sakti (Solar System) yang terdiri dari 8 planet. Matahari adalah planet terbesar dalam galaksi ini. Penampangnya dapat memuat 109 buah bumi yang disusun, sedangkan di dalamnya ia dapat menelan sebanyak 1,3 juta buah bumi. Suhu di permukaan matahari ialah 6000 °C sedangkan suhu didalamnya 15 juta derajat Celcius. Hidrogen merupakan zat terbesar yang dikandung matahari jumlahnya 92.1 %. Untuk mengeluarkan energi dan sinar yang terang benderang yang kita lihat di siang hari setiap detiknya diperlukan 700 juta ton hidrogen yang dibakar menjadi abu helium. Pada saat proses tersebut sebanyak 5 juta ton energi murni juga terlepas ke angkasa. Sehingga seiring berlalunya waktu lama kelamaan matahari akan menjadi ringan karena gas yang dikandungnya akan makin berkurang. Menurut perkiraan para ahli, matahari sudah aktif semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu. Sebagaimana kandungan minyak dan gas di perut bumi, lambat laun bahan bakar yang ada dimatahari juga akan habis karena proses pembakaran tersebut diatas. Pada akhir masa ‘hidupnya’ matahari akan memproses helium menjadi elemen yang lebih berat sehingga matahari akan membesar menjadi benda langit raksasa berwarna merah yang akan menelan benda-benda angkasa yang berada didekatnya termasuk bumi.

Sa’at ini menurut para ahli lingkungan hidup, keselarasan hubungan antara matahari dan bumi telah terganggu. Dalam bukunya yang berjudul An Inconvenient Truth, Al-Gore menyatakan bahwa sejatinya bumi adalah sebuah planet yang sempurna, sehingga ia sering di sebut sebagai planet Goldilocks, karena suhu di planet ini sangat ideal. Energi matahari yang dipancarkan berbentuk gelombang sinar menembus atmosfir dan memanaskan bumi. Sebahagian energi itu memantul kembali ke udara dalam bentuk gelombang infra merah yang akan di serap oleh atmosfir. Energi yang terperangkap dalam atmosfir tersebut menjaga kestabilan temperatur bumi sehingga ia senantiasa berada pada batas yang ideal bagi manusia. Tidak seperti di planet Venus, gas rumah kaca disana terlalu tebal sehingga temperatur terlalu panas. Sedangkan di planet Mars gas rumah kaca hampir tidak tersedia sehingga suhu disana terlalu dingin.

Akan tetapi kesempurnaan temperatur bumi yang dianugerahkan Yang Maha Kuasa ini, menurut Al Gore telah di rusak oleh manusia sendiri. Gas rumah kaca makin banyak di hasilkan, karbon dioksida dibuang kelaut menghambat perkembangan batu-batu karang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup binatang-binatang laut. Ozon makin menipis, bumi menjadi semakin panas. Tahun 2007 ini suhu bumi diperkirakan oleh para ahli akan naik setinggi 0.54 °C. Gejala ini di istilahkan sebagai global warming (pemanasan global). Akibatnya gunung-gunung es di Grenada dan Antartika akan mencair. Pencairan tersebut akan menenggelamkan permukaan bumi kedalam laut. Menurut menteri lingkungan hidup Rahmat Witoelar Indonesia akan kehilangan 2000 buah pulau pada tahun 2030 nanti.

Selain global warming ada juga yang disebut global dimming (peredupan global) yang ikut berperan dalam merusak planet bumi ini. Sebagaimana global warming, ia pun disebabkan oleh ulah (keserakahan) manusia. Global dimming di sebabkan karena makin bertambah banyaknya partikel aerosol yang berada di atmosfir. Partikel aerosol beserta debu-debu polusi menyerap energi dari matahari dan mementulkannya kembali ke udara. Selain itu debu-debu polusi juga mempunya sifat pengurai, ia mengurai awan menjadi butiran-butiran air yang banyak. Semakin banyak butiran air, semakin besar sifat pemantulannya ke udara. Selain itu butiran-butiran air yang dihinggapi oleh debu-debu polusi di dalam awan akan menghalangi sinar matahari yang akan menembus bumi. Bahkan sebaliknya ia juga memantulkan kembali energi matahari tersebut ke angkasa. Karenanya di beberapa tempat energi matahari yang mencapai bumi akan berkurang. Akibatnya bisa merusakkan tatanan lingkungan hidup dan dapat menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan di suatu wilayah.

Meskipun global warming dan global dimming adalah dua buah gejala kerusakan alam yang berbeda namun penyebabnya adalah satu yaitu manusia. Perlombaan pembangunan gedung-gedung kaca pencakar langit, kilang-kilang industri, sarana transportasi, komunikasi, senjata, reaktor nuklir, penempatan satelit di ruang angkasa dsb, yang menghasilkan karbon dioksida secara besar-besaran terbukti telah merusak keselarasan jagat raya yang dipercayakan oleh Yang Maha Kuasa kepada kita untuk menjaganya.

Menurut pendapat lain, bukan mustahil sering terjadinya bencana akhir-akhir ini merupakan bentuk protes alam terhadap kita yang tidak memperlakukannya secara arif. Ataupun sebagaimana kodratnya ia adalah tahapan-tahapan perjalanan menuju janji Allah yang tentunya akan Ia tepati, yaitu kiamat.

Benar atau tidaknya pendapat tentang tahapan-tahapan tersebut diatas tidak ada yang pasti, akan tetapi menurut para ahli, seriring dengan perjalanan waktu, perputaran bumi yang kita huni ini semakin lama akan menjadi semakin lambat, karena ia kehilangan energi kinetis yang di sebabkan oleh gesekan-gesekan pada permukaanya seperti adanya gempa laut, debu galastis angkasa, pengaruh cuaca angkasa luar, badai geomagnetis dan sebagainya.

Berita yang dirilis oleh NASA tanggal 10 Januari 2005 menyebutkan bahwa gempa yang menyebabkan Tsunami di lepas pantai Aceh tahun 2004 telah menyebabkan beberapa perubahan pada planet bumi kita. Panjang hari berkurang 2,68 mikro detik, rotasi bumi terganggu, bentuk bumi berubah tipis karena meratanya sebagian kecil cembungan diatas khatulistiwa. Selain itu kutub utara bumi bergeser sejauh 2.5 cm kearah 145° bujur timur. Pergeseran ini disebabkan oleh berpindahnya massa (berat bumi) dari satu titik ke titik yang lain secara besar besaran

Mambaca fakta tersebut diatas, ternyata selain menghilangkan ratusan ribu jiwa manusia, gempa bumi yang terjadi di satu titik epi-center di lepas pantai Aceh tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap planet bumi yang kita huni ini. Maka timbul berbagai macam pertanyaaan. Bagaimana kalau tiba-tiba gunung-gunung es di kutub runtuh secara mendadak, menimbulkan gelombang laut yang besar sehingga menggetarkan dasar laut, patahan-patahan tektonik jadi ambruk karenanya. Berapa besar gulungan ombak tsunami yang akan melumatkan pantai?. Berapa milyar kubik air laut yang akan masuk kedalam sungai?. Seberapa deras arus terbalik yang akan diciptakannya? Bagaimana dengan rotasi bumi? Porosnya akan berpindah tempat. Tidak mustahilkah kalau ia akan berhenti bergerak atau bahkan berputar kearah sebaliknya?.

Manusia berlomba sesamanya, mereka menciptakan alat dan mesin-mesin super modern untuk mengantarkan mereka menuju supremasi dunia. Namun apa akibatnya, bumi tidak sanggup menanggung beban yang sangat berat tersebut. Ia batuk-batuk. Ia terluka disana-sini. Bumi menangis. Takdir dan tahapan-tahapan memang sudah ditetapkanNya, tetapi kenapa manusia mempercepatkannya.

Kembali menatap matahari, aku jadi membayangkan bagaimana kalau energi didalamnya habis. Helium akan ditransforamsikan menjadi elemen yang lebih berat, fisik matahari akan membengkak. Seperti bola raksasa yang menyala ia melayang-layang menghampiri bumi yang ketakutan. Bumi terpanggang, tidak hanya gunung-gunung es di kutub yang akan mencair. Tetapi bunga-bunga es di dalam kulkas anda pun tidak akan tersisa. Semua akan mencair menenggelamkan pulau-pulau dan benua yang sudah semakin gundul ini. Berjuta-juta kali lebih dahsyat dari lumpur Lapindo, cairan di dalam perut bumi menggelegak, ia menyemburat keatas meruntuhkan gunung-gunung yang karenanya melayang-layang seperti bulu burung yang ditiup angin. Goncangan amat dahsyat, perpindahan massa bumi tidak beraturan. Rotasi bumi tidak lagi berjalan, ia malah berputar kearah sebaliknya. Dari arah laut gulungan-gulungan ombak menyapu pesisir pantai, kuala sungai runtuh, tebing-tebing dipinggirnya longsor karena tidak sanggup menahan air laut yang mendesak hanyut ke hulu sungai.

Di dusun Binjai, aku mendapati lelaki tua yang buta huruf kebingungan, ia berlari bolak balik seperti setrikaan. Dia tidak tahu lagi mana dilo dan mana dulu sebab hari ini sungai tidak lagi hanyut kehilir. Hari ini sungai hanyut kehulu.

Di samudera Hindia kudapati sang juru mudi dengan mata merah menyala. Ia keheranan karena kapalnya tidak pernah tiba di Singapura. Perintah nakhoda mengarahkan haluan ke matahari terbit sudah ia lakukan, sampai-sampai matanya memerah tersengat cahaya. “Ya!”, kata seekor burung camar yang lewat. “Kamu tidak akan pernah tiba di Singapura sebab hari ini matahari tidak lagi terbit dari sabelah timur. Hari ini matahari terbit dari sebelah barat”..

Ingin berlari, aku mencoba menyingsingkan betis, namun seseorang memperingatkan bahwa aku tidak mempunyai sekelumit waktu bahkan untuk lari dari ketakutanku saja. Dalam kegalauan itu tiba-tiba sekali lagi nakhoda cadel yang suka berteriak melintas dibenak ku, ia menunjuk-nunjuk keatas, aku mengikuti arah telunjuknya. Disana kudapati matahari berada diatas sepenggala, langit putih berkilau bagaikan luluhan perak. Kapten Harry Ho membentak-bentak, ia geram melihat kebodohanku. Bukan menengok keatas langit yang ia maksud. Dengan suara cadel dan mata mendelik ia berteriak sekuat tenaga, “Tengoookk…ataaaaat,….tau!!!!”. Hah! Sekarang aku baru ingat dan mengerti apa yang ia maksudkan. (Kuwait, 03 April 2007)

Referensi :
Kitab Suci Al-Quran
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Universe_expansion.png
http://www.solarviews.com/eng/sun.htm
An Inconvenient Truth, Al Gore
http://en.wikipedia.org/wiki/Global_dimming
http://www.jpl.nasa.gov/news/search.cfm
Lain-lain

Friday, May 11, 2007 | posted in | 1 comments [ More ]

Label Cloud