Akhir dari pemilukada adalah kerusuhan dan anarkisme.
Inikah yang di ajarkan demokrasi ?
Jika kita perhatikan di setiap akhir dari proses pemilukada adalah demo besar-besaran yang tergolong anarkis, Protes sana sini, tuding sana sini. Hanya satu pemicu dari semua ini adalah Belum bisa menerima kekalahan, itu saja. walaupun bahasa politiknya bisa diperhalus dengan : Pengelembungan suara, Money Politik dan banyak hal lagi yang hanya orang-orang pintar saja yang bisa menyebutnya. Ujung-ujungnya akan menuntut pemilihan ulang.
Imbasnya BIAYA,WAKTU,SDM dan lain-lain. Satu yang jadi korban adalah RAKYAT. Kapan waktunya membangun untuk rakyat ?
Proses demokrasi di tanah air jauh dari memuaskan, dengung demokrasi hanya disampaikan elit politik ketika wawancara dan dialog-dialog public untuk menarik perhatian masa, selebihnya hanyalah omong kosong belaka.
Pemenang sudah ditentukan untuk pemilihan gubernur SUMSEL. Hanya satu harapan yang mengelitik dari hati saya semoga program-program beliau memang benar-benar dapat diterapkan. Sehingga hasil akhir demokrasi di SUMSEL bukan sekedar basa-basi demokrasi yang hanya dijadikan alat untuk meraih kekuasaan.
BRAVO SUMSEL
Post a Comment